Pada hari itu sepupuku Anggi akan merayakan acara lamaran (yak betul, ini adalah Anggi yang pernah muncul di “14 Februari 2012” dan yak betul, judul posting ini seharusnya “Lamaran Sepupu” tapi males ganti ah). Maka aku dan keluargaku pun memutuskan untuk melihatnya.
Acaranya diadakan di Temanggung, kota kelahiran Anggi. Temanggung ini juga kota tempat mami dibesarkan, jadi dulu aku sering ke sini juga pas liburan sekolah jaman SD. Dari Semarang jaraknya kira-kira 3 hari perjalanan jika ditempuh dengan onta. Tapi waktu itu kami naik mobil, jadi paling-paling 2 jam juga nyampe.
Kami harus berangkat agak pagi karena acaranya jam 9. Dari malam sebelumnya sang mami sudah mewanti-wanti agar kami kaum anak-anak jangan tidur kemaleman biar besoknya bisa bangun pagi. Tapi aku gelap mata dan nekat begadang. Jadinya aku bangun paling terakhir di antara semuanya. Bahkan adikku yang biasanya suka bangun menjelang tengah hari pun kini sudah mandi dan rapi saat aku bangun. Entah ilmu hitam apa yang dipakainya.
Kami berangkat sekitar jam 6.30 dari rumah naik mobil negara. Di kiri-kanan jalan, ratusan ribu anak-anak SD berbaris rapi membawa bendera untuk menyambut kami lewat. Aku melambaikan tangan dan mengangguk penuh wibawa kepada mereka. Mereka pun jadi histeris. Ah, dasar anak-anak, aku pun terkekeh dibuatnya.
Singkat cerita, kami akhirnya sampai di Temanggung (tidak terlalu banyak juga yang bisa diceritakan dari perjalanannya, karena pemandangannya paling juga itu-itu melulu: mobil, jalan raya, pohon, rumah, pom bensin, sawah, dan anak SD).
Kota ini tidak banyak berubah dari terakhir kali aku ke sini (dan itu udah lama sekali, sekitar pas jaman SMP ato SMA deh kayaknya). Masih kecil dan sejuk, dengan segala kesederhanaannya. Seolah-olah waktu berjalan lebih lambat di sini. Mungkin di sini presidennya masih Soeharto ato Habibie.
Kami pun sampai di rumah Anggi sekitar pukul 8.45. Lalu pukul 9 acara lamaran dimulai.
Diawali dengan kedatangan rombongan sang pelamar pria beserta sanak keluarganya. Kemudian kami dari pihak keluarga sang gadis, menyambut mereka di depan pintu sambil nari-nari alay kayak penonton Dahsyat. Anggi sendiri belum boleh menyambut, jadinya disimpan di dalam kamar. Kata mami emang begitulah adat istiadatnya. Oh, baru tau. Pihak keluarga sang pelamar pria pun masuk ke rumah sambil membawa seserahan, trus juga CV dan fotocopy ijazah si pria untuk direview.
Overall, prosesi lamaran berlangsung lancar, jujur, dan adil. Hasilnya, dari keluarga Anggi menerima lamaran itu. Barulah si Anggi boleh muncul dari kamarnya sambil joget shuffle.
Acara dilanjutkan dengan foto-fotoan, salam-salaman, dan bincang-bincangan hangat antara keluarga sini dan situ. “Cepet punya momongan ya cik” begitu kata adikku pas nyelametin si Anggi. Dasar bocah gebleg, ini kan baru lamaran. Nanti kalo udah pacaran, baru deh boleh punya anak.
Lalu kue-kue manis pun mulai disajikan, membuat aku jadi sibuk sendiri dengan kegiatan menambah asupan gizi. Kemudian pada kesempatan ini, sodara-sodariku tercinta pun mulai pada bertanya padaku semacam, “Ayo kamu kapan nyusul?” dan “Tahun depan kamu dong?”. Cieeeee, udah dewasa juga ya aku sampe ditanya-tanya kayak gitu, perasaan puber aja barusan dua minggu yang lalu.
Hmm, tapi bagaimanapun, memang udah saatnya sih, untuk aku harus mulai mikir ke arah sana. Memang sudah umurnya katanya. Hmm…
Mesti tau apa-apa aja yang perlu disiapin, gimana caranya, dan yang paling penting harus udah mulai usaha ngumpulin duit buat ini-itunya. Karena bagaimanapun melangkah ke arah jenjang pernikahan butuh lebih dari sekedar cinta, begitu kata banyak orang. Setuju.
Baiklah. Tunggu aja tanggal mainnya sodara-sodari! 😀
….
Anyway, congrats buat Anggi dan pasangannya. Semoga lancar sampai ke pelaminan ya. Can’t wait! 🙂
…………………………………………………..
photo courtesy of http://www.pikiran-rakyat.com/node/164579