“Brownies Espresso sama Dark Mocha, grande, tanpa whipped cream, ya mas?” kata si mbak tukang kasir mengulang pesananku.
“Yak betul,” jawabku dengan penuh gaya, kan jarang-jarang minum kopi mahal gini.
“Atas nama siapa mas?”
“Yuwono mbak”
“Maaf?”
“Yuwono”
“Maaf mas?”
“Yuwono!”
“Yu..?”
“.. wono! YU-WO-NO!”
“… o oke, ditunggu sebentar ya mas..”
Kemudian si mbak menyampaikan pesanan minumanku ke si mas tukang bikin kopi, “Dark Mocha, grande, no whipped cream, atas nama Yuwono..”
“Siapa??”
“Yuwono!”
“Ha? Siapa siapa??”
Si mbak yang kayaknya uda mulai lelah dengan nama Yuwono dalam hidupnya, segera mendekatkan mulutnya ke telinga si mas, sambil berucap,
“YU WO NO…”
…….
Aku ingin berkata, “Huft..” sambil pasang emoticon alay.
Tapi ya sudahlah. Gak apa-apa kok. Kalian tidak salah. Kalian hanya sudah terlalu terbiasa dengan nama semacam ‘George’ atau ‘Justin’ atau ‘Willy’.
Atau ‘Choi Si Won’.
Atau bisa jadi suaraku yang kurang jelas.
Ya sudahlah.
Selamat malam.
Suaranya terlalu rendah, jadi kurang bisa didengar.
nasib seorang bassist
bassist kui pemain gitar bass lo yu…dudu wong seng suarane ngebass
hiks
terharu…
utang yoo…
kapan-kapan sebutlah namaku dalam tulisanmu