Pada 28 September 2012, akhirnya aku kembali ke Jakarta, sebagaimana yang telah dinubuatkan oleh Koes Plus dalam lagunya. Bagi anak jaman sekarang yang gak paham Koes Plus itu apa, mereka adalah grup musik terkenal taun 70-an yang merupakan cikal bakal boyband Korea semacam SuJu-SuJu-an gitu deh. Dan sebagai penghormatan warga Korea pada Koes Plus, aliran musik pop Korea pun diberi nama sebagai K-Pop alias Koesplus-Pop. Bukan sembarangan! Ini serius! Bisa dicek! #alaBroadcastMessage
Oke. Cukup ngaconya. Back to topic.
Jujur nih ya, berat rasanya meninggalkan keluarga dan kampung halamanku di Semarang. Apalagi setelah sekian lama terbiasa dibuai semua kenyamanan itu: laper mau makan uda disiapin mami, pagi mau kerja motor uda disiapin papi. Bisa dibilang aku ini telah menjadi anak yang semi agak manja. Semi agak gendut juga.
Padahal bagaimanapun aku ini kan masih muda, tampan, cerdas, enerjik, oriental, dan wangi. Aku harus kembali merantau, mengembara untuk menempa diri dan belajar di ibukota. Demi menjadi pengusaha. Atau politisi tionghoa. Atau direktur. Atau boyband. Atau karyawan swasta juga boleh lah.
“Mumpung masih bujang, belum berkeluarga juga,” begitu kata mami ketika mengikhlaskanku.
Maka aku pun segera beberes barang-barang yang mau dibawa ke Jakarta dan menjejalkan semuanya ke koper. Motorku yang selalu cetia dan cemungudh eeaa itu juga kukirimkan duluan pake kereta api. “Sampe jumpa di sana ya bro,” kataku pada Belalang Tempur. Tak lupa aku pun pamitan pada warga setempat sambil bagi-bagi sembako untuk persediaan makan mereka selama aku di Jakarta nanti.
Setelah semuanya selesai, berangkatlah aku pagi itu. Naek pesawat terbang berlogo singa. Eh, by the way, kadang suka heran deh, kenapa maskapai penerbangan dikasih nama ‘singa’ gitu. Kan singa gak bisa terbang, kayak kurang representatif aja kalo pake nama ‘singa’. Mbok ya cari yang bisa terbang, semacam Merpati Airlines, atau Garuda Airlines, atau Jesus Christ Airways gitu.. Amin sodarah-sodarahh??
Aku lalu teringat ke masa sekitar 2 tahun yang lalu di Oktober 2010, saat aku pertama kali hijrah ke Jakarta untuk bekerja. Waktu itu aku masih culun, masih belum tumbuh bulu. Ke Jakarta-nya juga masih naek bus malam yang perjalanannya makan waktu sekitar 8 jam. DELAPAN JAM cuyy!! Itu kalo dipake buat bikin Indomie (dengan asumsi per Indomie butuh 3 menit) udah mateng 160 piring lho.
Sekarang? Aku cuma butuh satu jam untuk mencapai Jakarta.
Orang kalo uda sukses emang beda bro.
Dan aku pun mendarat di Jakarta dengan selamat. Untuk memulai season baru dalam sinetron kehidupanku. Untuk kembali mencoba menaklukkan kota ini. Untuk kemudian pulang ke kampung halaman dengan bangga sebagai pria yang telah menggagahi ibukota.
Kulangkahkan kakiku masuk ke taxi bandara. Ready or not. Here I come, Jakarta…
….
Kemudian jalanan pun macet.
Asem tenan.
behh…metu erport wae lebu ne taxi bandara…sukses tenan..hahahaha
amin lahh hahaa 😀
Jakarta Baru bersama Mas Gusman!!! Sukses yoo..!”
wkwkwk… sukses!!
Jesus Christ Airways…. wakakkakakakaka…
selera humormu tipikal ya wkwkwk
Ping balik: Now Everyone Can…cel | Oh Mas Gusman!