Cerbong adalah cerita boong. Ini adalah jenis postingan di blog ini yang merupakan fiksi belaka. Dibuat kalo lagi pengen aja. Lagian gak baik sering-sering boong kan.
Itu adalah jam lima sore. Jam pulang kantor. Kamu tau sendiri kan jam pulang kantor di Jakarta itu brutalnya seperti apa?
Makanya aku paling males pulang jam lima tet alias tenggo. Mending nunggu agak maleman dikit ketika semua kegilaan itu mulai mereda.
Tapi hari ini beda. Ada acara spesial. Jadi mau gak mau harus mau. Ya sudah. Jadilah jam lima lebih sepuluh menit aku udah di mobil, membelah lautan kendaraan dan manusia Jakarta, untuk bertemu kekasihku sayang di ujung Jakarta yang sana.
Iya.
Hari ini perayaan jadian kami. Hehe.
Segera kutelepon kekasihku. Eh, tapi dilarang menggunakan handphone saat berkendara ya? Gak apa-apa. Ini iPhone kok, bukan handphone. Wekk…
Pas mau dipencet call, eh malah dia telepon duluan. Gak sabaran emang dia itu. Maka aku angkat segera. Teleponnya. Bukan dianya.
“Haloo… Untuk copy i-ring ini, tekan bintang… Apuseee… Kokondaooo… Yarabeee… Sorendoreriii…” Itu aku jawab sendiri lho, pake suaraku sendiri.
“Heh!! Sing genah!!“
“Eh, kok tau kalo itu aku? Kalo nada tunggu beneran gimana coba?”
“Ya iyalah, mana ada nada tunggu pake bilang ‘halo’! Hahaha…”
“Ada. Itu adalah nada tunggu yang keceplosan”
“Hahaha gebleg“