Ketika Menghibur Kekasih

Kekasihku itu, oh, sudah agak lama juga ya kita tidak membicarakan dia.

Maklumlah, gak baik kan ngomongin orang dari belakang. Itu doggy style namanya.

Anyway.

Seperti yang kita semua ketahui, kekasihku itu punya banyak kelebihan. Kalo gak gitu gak mungkin dia mau sama aku.

Selain cantik dan pintar dan kucintai, kelebihannya yang lain adalah dia orangnya pekerja keras. Ini terutama soal kerjaan ya.

Di hari Sabtu-Minggu yang seharusnya damai dan ceria pun seringnya dia masih ngerjain kerjaan kantor di kos. Sampai-sampai sang calon suami menjadi terbengkalai.

Tapi tak apa. Itu aku bisa memahami. Toh kalo dia kerja dengan baik kemudian gajinya naik, duitnya kan buat aku juga.

Muahahahahaha….

Lanjutkan membaca

Buat Yang Gak Sempet Nonton

Sori-sori.

Kemarin-kemarin lupa ngabarin juga.

Jadi aku yakin sebagian di antara kalian pasti ada yang gak sempet nonton ketika aku ditayangkan di salah satu saluran televisi nasional terkemuka di tanah air.

Yak, kalo begitu silahkan ini di-ciyee-in dan dikagumi.

syuting mata najwa

Ciyeeee….

Bagi kalian pembaca yang berakhlak rusak dan jarang beribadah, pasti pertanyaan pertama yang ada di kepala kalian adalah, “Itu tanganmu kok kayak megang apa gitu to Gus?” Huft. Pikiran kotor kok dipelihara terus to mas, mbak. Kapan majunya negara kita.

Lanjutkan membaca

Helm Basah dan Hal-hal Lainnya yang Ada di Kepalaku

Kemaren siang aku ada rapat, urusan bisnis di sekitar daerah Rasuna Said.

Karena rapatnya di dalam gedung, otomatis sepeda motor kebanggaanku si Belalang Tempur haruslah diparkir di luar, di tempat parkir itu. Iya, haruslah begitu. Lagian sepeda motor mana bisa masuk gedung dan lolos dari mesin metal detector di pintu masuknya sih. Pasti nanti bunyi alatnya. Kemudian “Eeeaaa… bawa apa eeaaa,” begitu nanti kata satpam yang jaganya.
Ya sudah, daripada menimbulkan hingar bingar yang tidak perlu biarlah ia di luar, di tempat parkir. Bagaikan pacar yang tidak diakui.

Dan kebetulan tempat parkirnya itu di outdoor.

Dan kebetulan kemaren siang di Jakarta hujan deras.

Dan kebetulan helmku yang aku kaitkan di jok motor itu dalam kondisi menghadap ke atas, ke langit. Itu karena aku tidak curiga sama sekali bahwa akan turun hujan. Asem.

Maka ia bagaikan tangan yang menengadah ke atas memohon berkat. Jadilah helmku itu tergenang air ketika aku pulang dari rapat sore kemarin. Byurrr. Segera kubuang airnya ke helm di motor sebelah. Bagi-bagi apes lah, supaya ia bisa segera menyalurkannya ke helm di sebelahnya juga.

Lanjutkan membaca

It’s Been A While

Iya.

Dua bulan lebih blog ini ga pernah diurusin dan dibiarin kosong melompong. Untung cuma blog. Coba kalo lahan tanah. Pasti sekarang uda ada gerobak ketoprak atau mie ayam nangkring di situ. Sama tukang es cappucino cincau. Sama preman satu yang jaga parkiran.

Ditambahin dua bulan lagi udah jadi foodcourt tuh.

Anyway.

Kalo mau dicari alasan kenapa lama gak nulis, sebenernya sih banyak. Sibuk lah, gak mood lah, gak ada inspirasi lah, dan lain-lain lah. Tapi ketahuilah hai kawan.  Orang sukses bukanlah orang yang mencari alasan atas kegagalan. Mereka adalah orang yang bekerja keras sehingga tidak ada alasan untuk gagal.

Silakan di-ciyee-in.

Ciyeeee….

(Eh beneran itu tadi kata-katanya ngarang sendiri lho. Udah pantes lah ya ngisi acara seminar-seminar gitu)

Maka dengan bermodalkan semangat itu, marilah sekarang aku mulai menulis lagi. Apalagi didukung dengan atmosfer minggu ini yang lagi santai-santainya akibat kombinasi tanggal merah di akhir Mei yang asoy itu. Jangan-jangan ini konspirasi Zionis-Yahudi-Illuminati kali ya, biar bangsa kita jadi malas-malasan. Atau bisa jadi karena ada orang yang nyogok tukang kalendernya, biar dikasih hari libur semacam ini.

Anyway.

Sebagai penutup ini aku kasih gambar. Lumayan bisa buat wallpaper komputer kalian.

godzillove

See you around.

 

OTW

Ya halo.

Maaf agak lama tidak ngeblog lagi. Mudah-mudahan kalian lumayan kangen.

Ke-agak-lama-tidak-ngeblog-lagi-anku itu disebabkan oleh aku yang pindah kerja dari Kelapa Gading ke Kebon Jeruk per bulan Februari ini, yang otomatis harus diikuti dengan pindah kos ke daerah sekitar situ.

Nah aktivitas pindahan serta adaptasi di daerah serta kerjaan baru inilah yang cukup menyita waktu dan tenaga dan niat untuk menulis.

Satu hal yang aku harus adaptasi cukup banyak adalah mekanisme pemakaian mobil operasional kantor. Di kantor yang lama kebetulan aku dapet mobil dinas. Jadi boleh lah ya itu mobil dibawa pulang ke kos dan dipakai untuk kemana-kemini. Nah, di kantor yang baru ini sekarang belum dapet. Maka kembalilah aku bersekutu dengan sepeda motor kebanggaanku si Belalang Tempur.

Padahal kalian tau sendiri kan naik motor di Jakarta cobaannya seperti apa. Polusinya tuh parah banget, bikin upil jadi segede dan sehitam dosa. Ya emang sih Belalang Tempurku juga ikutan bikin polusi. Tapi menurutku pribadi, yang asapnya agak parah itu ya dari semacam metromini, kopaja, dan gerombolan kendaraan biadab sejenisnya. Asapnya gelap pekat dan mengepul kemana-mana bagaikan aib. Udah gitu sopirnya kan setoran-oriented sehingga nyetirnya jadi mempertaruhkan nyawa. Nyawa penumpang dan pengguna jalan lain maksudnya.

Ditambah lagi keneknya suka sombong. Kalian amati deh kalo lagi bergelantungan di pintu bus, di tangan kiri si kenek biasanya tergenggam segepok uang. Itu kan pamer penghasilan namanya. Ini kenek bus apa video klip hip-hop kok isinya pamer duit gitu.

Kenek VS Rapper: beda kurs-nya doang sih

Oya jangan lupakan bajaj yang oranye itu. Kecil-kecil gitu bau asapnya dahsyat, diiringi bunyi terong-tong-tong-tong-terong-tong-tong yang khas. Apes banget dah naek motor kalo kejebak lampu merah di belakang bajaj. Aku pun jadi paham perasaan nyamuk Aedes Aegypti pas kena fogging. Pantesan aja Mat Solar alih profesi dari tukang bajaj jadi tukang bubur. Lebih barokah.

Lanjutkan membaca

Judulnya Bebas Yang Penting Ada 32-nya

Ini adalah sebuah postingan yang dibuat dalam rangka ikutan give away-nya mba Joice. Iya sih, hadiahnya agak-agak feminim gitu. Tapi aku ikutan bukan demi hadiahnya kok. Melainkan demi memperingati ultahnya dan mempererat tali silaturahmi dengan Beliau (ceileee beliau, pake huruf gede pula, keliatan banget usaha menghalalkan segala cara untuk menang, hahaha).

By the way itu tas sama wewangian kalo di-toko-Bagus-in bisa laku harga berapa ya? Lumayan kayaknya….
*kemudian ditimpuk mba Jo sambil diteriakin “Katanya demi silaturahmi woy!!!”*

Oke.

PR dari mba Jo adalah, bagaimanakah aku ketika sudah berumur 32 tahun? Sudah ngapain aja, mau ngapain aja, dan bla bla bla lainnya. Maka supaya lebih gampang, posting kali ini akan berformat wawancara antara Yuwono Gusman yang sekarang (YG-26) dengan yang dari masa depan yang sudah berusia 32 tahun itu (YG-32).

****

YG-26: Halo Yu, kita ngobrol sedikit ya, tentang kehidupanmu di usiamu saat ini

YG-32: Eh, jangan panggil nama dong. Kan aku lebih tua 6 tahun

YG-26: Oh, iya. Sori. Panggil koh ya

YG-32: Ya, gitu juga boleh

YG-26: Ngomong-ngomong kalo umur 32 itu emang belum ubanan ya koh? Kok masih keliatan item semua rambutnya?

YG-32: Ya uban adalah dikit-dikit. Kan tergantung orangnya juga. Ada yang ubanan karena keturunan. Ada yang karena suka stres. Macem-macem deh

YG-26: Emang gak stres ya koh? Istrinya kan agak resek bawel gitu ya? Suka nyuruh-nyuruh diet…

YG-32: Hahaha.. Iya dulu waktu pacaran aku suka ngerasa gitu. Tapi itu semua demi kebaikan kita kok. Selain demi kesehatan, juga demi penampilan kita kan. Ini liat, kalo kamu diet bisa cakep kayak kokoh sekarang.

YG-26: O iya, kalo kurusan kita cakep ya koh

YG-32: Yoih! Jadi pede juga mau pake baju bodi fit, muscle fit, v-neck, de el el. Trus tiap mau nyobain celana juga gak perlu malu diketawain sama mbaknya gara-gara susah cari ukuran

YG-26: Asem ya koh

YG-32: Makanya diet woy, diet

YG-26: Dih, mulai resek bawel kayak siapa sih ini

YG-32: Iya sori, titipan pesan sponsor dari istri masa depanmu, hehe

Lanjutkan membaca

Pada Suatu Awal Tahun

Sudah lama juga ya gak bikin postingan yang berjudul pake “Pada Suatu…”.

Niatnya sih mau nulis pas malem pergantian tahun seperti tahun lalu, tapi apa daya karena selama liburan sibuk bergembira dan bersenang-senang, jadilah batal. Ya udah, yang penting kan niatnya. Lagian nulis pas malem tahun baru itu susah tau. Berisik mercon lah, berisik terompet lah, berisik broadcast message lah, berisik count down lah.

Ngomong-ngomong soal count down, menurut adekku, daerah Papua itu kasian juga ya. Cuma disorot setahun sekali doang pas count down, sebagai perwakilan daerah Waktu Indonesia Timur.

Hmm, ada benernya juga sih.

Biasanya penyiar yang di studio akan berbincang-bincang di layar dengan reporter yang ditugaskan ke sana.

“Sebentar lagi saudara-saudara kita di Papua akan memasuki tahun yang baru. Kita akan terhubung dengan reporter kami yang ada di Jayapura untuk mengetahui kondisinya. Bagaimana kondisi di sana, rekan Bagus?”

Yak, terimakasih rekan Arief di studio. Saat ini warga telah pada berkumpul untuk menunggu hitung mundur pergantian tahun. Bersama saya sudah ada salah satu warga. Mari kita tanyai dia. Bagaimana perasaan Anda mengenai pergantian tahun ini Bu??”

(Ini ceritanya reporter stasiun TV yang suka nanya-nanya-perasaan-responden-apapun-situasinya itu)

Dan setelah serangkaian tanya jawab yang ala kadarnya dan pointless, tibalah saatnya count down di Papua.

“…. empatttt, tigaaaa, duaaaa, satuuuu, SELAMAT TAHUN BARU UNTUK SAUDARA KITA DI PAPUA!!”

TOOOEETTTTTTT!!!

Dan abis itu udah. Seluruh perhatian pun segera pindah ke daerah WITA dan tak lama kemudian ke WIB (yang paling meriah dan paling banyak mercon-nya tentu saja). Papua pun gak ada beritanya lagi. Dan rekan Bagus pun dilupakan begitu saja.

Oh.

Bagaimanakah perasaan Anda, rekan Bagus??

Lanjutkan membaca

Opa Saranghae

Iya. Opa. Bukan oppa. Bukan salah ketik kok.

Ini bukan posting soal pria-pria cantik Korea Selatan yang tergabung dalam boyband semacam Suju, Big Bang, Bibimbab, Dolsot, atau Kimchi kesukaan kalian itu. Bukan.

Ini tentang kakek kesukaanku itu.

IMG_20120904_232352

Iya. Itu adalah kakekku yang ada di Semarang sana. “Engkong”. Begitulah aku memanggilnya. Walaupun ayah dan ibuku lebih suka memanggilnya “Papi”. Ya sudah gak apa. Selera orang kan beda-beda, aku harus menghormati itu.

Lanjutkan membaca

Masih Anak Mami

Malem, sesampainya di kos, aku sudah disambut oleh sekotak kardus.

KEPADA YUWONO GUSMAN.

Kemudian di bawahnya ada nomer hape dan alamat kosku. Ditulis dengan tulisan tangan yang khas. Khas papiku.

“Paket dari Semarang kak?” si mbak kos pengen tau aja.

“Bukan mbak, dari Amerika. Dari Obama”

“Ih, kakak mah, haha”

“Dih gak percaya, ini dia kirim kamus bahasa Amerika. Disuruh belajar saya. Mau dikasih beasiswa”

“Hahaha, kakak ih”

Iya. Mbak kosnya mungkin alumni ITC. Suka manggil ‘kakak’ gitu.

Lanjutkan membaca