Kemaren siang aku ada rapat, urusan bisnis di sekitar daerah Rasuna Said.
Karena rapatnya di dalam gedung, otomatis sepeda motor kebanggaanku si Belalang Tempur haruslah diparkir di luar, di tempat parkir itu. Iya, haruslah begitu. Lagian sepeda motor mana bisa masuk gedung dan lolos dari mesin metal detector di pintu masuknya sih. Pasti nanti bunyi alatnya. Kemudian “Eeeaaa… bawa apa eeaaa,” begitu nanti kata satpam yang jaganya.
Ya sudah, daripada menimbulkan hingar bingar yang tidak perlu biarlah ia di luar, di tempat parkir. Bagaikan pacar yang tidak diakui.
Dan kebetulan tempat parkirnya itu di outdoor.
Dan kebetulan kemaren siang di Jakarta hujan deras.
Dan kebetulan helmku yang aku kaitkan di jok motor itu dalam kondisi menghadap ke atas, ke langit. Itu karena aku tidak curiga sama sekali bahwa akan turun hujan. Asem.
Maka ia bagaikan tangan yang menengadah ke atas memohon berkat. Jadilah helmku itu tergenang air ketika aku pulang dari rapat sore kemarin. Byurrr. Segera kubuang airnya ke helm di motor sebelah. Bagi-bagi apes lah, supaya ia bisa segera menyalurkannya ke helm di sebelahnya juga.