Marilah, Rohingya!

Sore itu, di seputaran Tugu Muda, hawa terasa sangat sejuk. Itu karena aku sedang berada di dalam mobil yang ber-AC, yang memisahkanku dari panas teriknya dunia kaum kelas menengah ke bawah.

Dari balik jendela mobil yang saat itu sedang berhenti karena lampu merah, kuamati aktivitas orang-orang yang sedang mencari rejeki di setiap jeda antara lampu merah ke lampu hijau. Ada tukang jual koran, tukang (maksa) ngelap kaca mobil, tukang jual kolak buat berbuka puasa, dan juga tukang bawa megacot. Lah? Dagang apaan tuh pake bawa megacot segala? Dilatarbelakangi penasaran, kukecilin volume suara radio di mobil, pengen denger si tukang megacot ngomong apa.

Terdengar suara cempreng berisik khas megacot.

picture courtesy of hminews.com

Lanjutkan membaca